Senin, 28 Oktober 2024

Putih yang ternodai

 


Sebuah kecemburuam tak terbatas

Keresahan hati yang tak berguna

Apa kabar? Pada suara indah yang menganggu


Kegundahan hati menggelora

Meminta tumbal untuk pelampiasan

Bencana dunia berada diambang pintu


Cinta dan duka bersemi dalam salju. 

Meleleh dalam kelembutan sinar bulan. 

Mengubah sudut pandang setiap orang. 


Disana ia kembali termanggu

Dalam keheningan suci. 

Kegelapan malam

Dipelukan sinar rembulan. 


Bersenandung dalam gema

Bersuara dalam diam


Menatap langit dengan harap

Menghilang ia dari bumi

Rasa lelah memuncak

Membuat ia menutup kelopaknya. 


Jatuh. Kedalam semak belukar. 

Menjadi satu dengan mawar. 

Darah bercucuran

Mengotori piyama putih anggun nya. 


Selamat tinggal dunia 

Ia sampaikan. 


Terpasung

 Suara kemarin masih terngiang di telingaku

Perasaan senang kembali membuncah dalam diriku. 

Mau berapa kali lagi kau ombang ambing kan relu ini? 

Apa perlu aku bertahan selama 3 tahun lagi? 

Tidak kah engkau mengasihani ku? 


Pernahkah kau memikirkan ku? 

Barang itu semenit atau bahkan satu detik. 

Pernahkah kau mengkhawatirkan ku? 

Pernahkah aku hadir dalam mimpi burukmu? 


Rentetan pertanyaan terus terulang. 


Di hadapanku kini rentetan tangga menjulang tinggi. 

Tangga yang tinggi, sangat tinggi. 

Nirwana bahkan tidak terlihat dari tempatku berdiri. 

Mendongak kebawah, aku melihat. 

Untaian rantai yang terpasang dengan apik di pergelangan tanganku. 


Aprodhite



 Kau mengatakannya lagi. Kalimat yang membuatku mengeluarkan sayap. Sayap yang selalu berusaha kusembunyikan. Menerbangkan ku mencapai sangat nirwana. 

Dengan mudahnya kau membuatku menjadi bidadarimu. Lagi, pengikisan jarak yang jau lakukan membuatku merasa seperti aku memiliki harapan. 

Aku mulai berfikir jika kau pun menyukai ku. Apa itu benar? Ah tapi sepertinya tak mungkin. Engkau adalah sesosok manusia yang tak mengenal akan sebuah romansa. Mana mungkin kau menaruh hati padaku.

Aku tidak pantas untuk disanding kan denganmu, Bahkan wanita terakhir yang mendekatimu saja begitu cantik.  Yang kecantikan sangat mirip dengan Aprodhite

Sementara aku. Aku hanya seorang gadis biasa yang bahkan Aprodhite tidak akan mau melirikku

Aku berpakain sederhana, lebih ke kumuh, bukan pakaian trendi bermode dengan kain sutra sebagai bahan utamanya, dengan seluruh perhiasan menghiasinya. 

Pantas kah diri ini untuk berdekatan denganmu? 

Suara yang tak tersampaikan

 Diri ini telah mencapai kelas akhir. 

Sementara hati ini masih menunggumu. 

Apa kabar? 

Apa pekerjaan mu baik baik saja? 


Kamu itu terlalu fokus. 

Terlalu fokus pada pekerjaan mu. 

Sampai-sampai tidak memedulikan ku. 

Ah,tapi siapa lah aku.

Berharap kau memikirkan ku. 

Hey, aku telah berhasil kau tau. 

Akhirnya aku bisa fokus juga seperti mu.

 

Ayolah, puji aku. 

Setiap kata dari mu akan selalu kuingat. 

Perlahan. 

Jarak kita semakin dekat. 

Dan kali ini bukan aku yang mengikis nya. 

Namun engkau yang berbalik mengikis nya. 

Tak lagi menjauh. 

Tak lagi menolak. 

Tak lagi pula kau menambah jaraknya. 


Kau mulai mendekat. 

Apa artinya aku berhasil? 

Berhasil meluluhkan hati es mu itu? 

Putih yang ternodai

  Sebuah kecemburuam tak terbatas Keresahan hati yang tak berguna Apa kabar? Pada suara indah yang menganggu Kegundahan hati menggelora Memi...