Minggu, 09 Juli 2023

Perlahan

Pernah tersesat? 

Bukan, 

Bukan tersesat dalam kehidupan. 

Tapi tersesat dalam pikiran. 


Ingin mengutarakan 

Namun terasa hampa. 

Ingin berbicara tak ada pendengar.


Kiranya kemana gairah hidupku pergi? 

Apakah cupid mengambil semua gairahku? 


Semuanya membosankan. 

Aku merasa seperti mati secara perlahan. 




Asmodues

Kembali tanpa dosa
Kembali tanpa maaf

Mengulang semua dri awal? 
Jangan bercanda
Kita itu harusnya sudah berakhir. 

Hey, penipu. 
Kau berkata kau Raphael. 
Nyatanya Asmodues

Namun apa daya aku. 
Terhipnotis sekali lagi oleh sihir mu.
Memasrahkan diriku padamu. 

Rakus sudah diriku dengan mu. 
Biarlah. 
Aku tak masalah bila kau makan. 
Makan lah ragaku. 
Makan lah jiwaku. 

Tidak masalah jika itu berarti kau bertambah kuat. 

Seperti kucing

 Kucing jalanan itu liar. 

Mereka berpergian sesuka hati

Bercinta sesuka hati. 

Dan makan apapun yang mereka jumpai


Kucing jalanan itu pintar. 

Beetarung dengan hewan liar lain dengan cerdik

Udara dan air

Musuh utama mereka


Namun sejatinya kucing itu pintar

Dengan cakar mereka 

Mereka merobek sayap burung 

Lalu melahapnya. 

Dengan otak mereka. 

Mereka masuk ke rumah. 

Mencari aquarium. 

Dan mencuri ikan hias. 


Kucing itu pintar. 

Mereka beradaptasi dengan cepat.


Cahaya dalam gelap

 Duhai cahaya, dia datang kembali. 

Merenyuh kembali raga ini. 

Mendatangkan dunia fana kembali. 

Membutakan antara nafsu dan cinta. 


Duhai cahaya, 

Bagaimana caramu mengatasi kegelapan. 

Bagaimana bisa kegelapan itu takluk padamu. 


Obsesinya sama seperti ewiglibe terhadap geduldh. 

Tak terhindar kan. 

Tak terputuskan. 

Jika geduldh memiliki Schutzstaffel untuk melindunginya. 

Aku tidak memiliki seorang pun.


Bak burung terkurung di sangkar emas. 

Ingin keluar, namun. 

Tak sanggup melepas kemewahan sangkarnya. 







Kamis, 06 Juli 2023

Insomnia

 Terjaga sepanjang malam. 

Kantuk yang datang dan pergi. 

Mata dan raga ku menjerit. 

Berkata mereka lelah. 

Apa yang bisa kulakukan? 

Aku juga sama lelahnya. 


Terjaga sepanjang malam. 

Ponsel yang terus ku utak-atik. 

Mata yang terus terasa perih. 

Pusing yang hanya bisa diredakan oleh obat. 


Tidur lelap seperti bayi. 

Hanya bisa didapatkan dengan obat. 

Tak mau jadi pecandu. 


Tegal, 6 Juli 23

Rabu, 05 Juli 2023

Muse #2

 Di panggung sana, berdiri sesosok gadis cantik. Parasnya manis-ayu mirip seperti gadis keturunan Tionghoa. Badannya langsing terawat dengan baik layaknya model. 

Tepukan meriah terdengar di seluruh ruangan. Tidak perlu masuk untuk mengetahui bahwa tepuk tangan yang dia dapat meriah. Aku bisa mendengarnya dari luar ruangan. 

Dia cantik, penurut, baik pada semua orang. Cakap. Humble. Apalagi yang kurang? Oh banyak

Namun tak bisa kau sebutkan. 

Cara bicaranya yang ringan dan ceria, suaranya yang cempreng namun masih enak didengar oleh telinga berbeda dengan suaraku yang tergolong berat untuk perempuan. 

Itu dia, berdiri memegang piala besar. Memenangkan penghargaan di acara festival besar. Betapa ingin aku berada di tempatnya. Aku menatap iri padanya. Perlahanan hatiku diisi oleh kecemburuan. 

Aku pergi dari sana. Menuju tempat yang sedikit sepi dan menjauh kan ku dari sekerumunan orang. 

Gadis itu, dengan wajah manis nya dia benar-benar mempesona semua orang. Dari guru smpai ke murid. Aku kesal. Aku marah. Aku iri. Aku ingin menjadi dia. 

... 

Dia, adalah letak kekagumanku di sekolah ini. 

Seorang gadis ceria dengan luka tersimpan di hatinya. Dengan bayangan trauma menghantuinya. 

Gadis Yang selalu memaksakan dirinya untuk mengikuti tuntutan-tuntutan yang orang-orang berikan padanya. 

Wanita kuat yang harus selalu mengalah dengan apa yang ia Terima, tak bisa melawan. Hanya bisa menerima. 

Jika boleh menjadi kasar aku akan mengatakan dia sangat penurut. 

Tak heran jika dia menjadi murid kebanggaan guru. Tak heran jika dia menjadi gadis yang diidam-idamkan oleh seluruh pemuda di sekolah ini. 

Seorang gadis penurut yang patuh. Dengan jiwa rapuh yang kuat menahan badai. 

Aku tidak akan pernah bisa menghilang kan rasa iri-kagum ini. Jika semuanya belum terlambat. Setidaknya aku ingin menyimpan dia hanya umtukku. 

Dan jika saja mesin waktu itu ada. Aku akan memutar kembali waktu ke masa awal mos sekolah. Dan membatasi interaksi ku dengan nya. Agar semua ini tak terjadi. 

Setidaknya nya kuharap, kau mendapatkan happy ending mu. 

Muse

 Bagaimana aku harus mendeskripsikan ini, kalian dua sejoli yang pantas untuk bersatu. Yang pantas untuk bersanding. Sayang, Tuhan kalian memisahkan kalian. 

Gadis itu mengadu lagi padaku hari ini. Berkata banyak hal tentang kekasihnya. Aku menatapanya dengan senyum getir. Merasakan lucu bagaimana seorang perempuan yang biasanya hanya memikirkan soal buku dan pelajaran begitu semangat bercerira tentang lelaki. 

"Tau tidak, ternyata saat kita mengobrol kemarin. Speaker discord ku menyala. Dan dia mendengar semua obrolan kita. "

Aku meliriknya menggunakan ekor mataku memincingkan mataku selayaknya orang yang tengah curiga. 

"Obrolan yang mana? "

"Tentang haikyu waktu itu. "

Menutup mataku, mencoba mengingat namun nihil aku tak bisa mengingatnya. Dalam hatiku aku merutuki kapasitas otakku yang begitu kecil dan hanya bisa menampung beberapa hal. 

Au membuka mataku, dan akupun bersikap seolah aku mengingatnya. 

"Oh! Astaga! Yang waktu itu?" 

Kuucapkan kalimat itu dengan nada tinggi seolah olah aku tersadar. Gadis didepanku itu pun membalas dengan anggukan semangat yang kentara. 

Terlihat sekali dia sedang jatuh cinta. 

◦•●◉✿_______✿◉●•◦

"Lihat ini dia."

"Astaga daichi! "

Spontan aku menyebut nama salah satu karakter anime yang kusuka. Bagaimana tidak foto. Yang dia tunjukan sangat mirip dengan Daichi dari haikyu. Aku membulatkan mataku menatap secara bergantian ponsel dan gadis itu. 

"Dimana kau mendapatkan seseorang yang semirio ini dengan Daichi, hey astaga dia benar benar seperti Daichi yang keluar dari ponsel. "

Ucapku dengan nada geli. Astaga gadis ini benar benar hebat. Aku begitu mengaguminya. 

"Seperti versi nyata dari Daichi bukan? "

"Yeah, benar benar mirip denganya. "


Setidaknya itu adalah kenangan terakhir ku ketika gadis itu untuk pada akhirnya memberitahuku bahwa dia tak lagi bersama orang itu lagi yang ku sebut sebagai "Daichi." Batapa nelangsanya masih mereka. 

Dengan sosok dia yang pergi menuju pura dan gadis yang kukagumi menuju masjid. Sejujurnya jarak keduanya jauh. Tak dapat bersatu. Sebuah ending yang sudah diketahui. Namun tak ayal, aku mengingin kan sebuah happy ending untuk mereka. 

Aku pernah mendengar bahwa seorang penulis hebat pasti pernah merasakan "cinta beda agama" Apakah iya? Tapi kuakui. Gadis itu dia sangat berbakat slama hal apapun. 


Terkadang aku merasakan kekagumanku kepadanya berubah menjadi keirian. Namun baiklah aku masih bisa mengendalikannya.

 Dia adalah sosok yang kuat, dia berusaha lebih dari yang lain, dia pekerja keras, dia tekun, dia rajin. Sementara aku dilain sisi Pemalas. 


Rab, 5 jul 23


Takdir yang lucu

 Oh! Semua terasa benar sekarang. Satu persatu benang merah kusut itu kini terurai. Semua menjadi jelas. Bukan aku. Dia. 

Hawa dingin meeasuk diriku, tanganku bergetar hebat tak mau berhenti, oh Tuhan sekuat ini kah efeknya? Cinta adalah racun yang mematikan, narkoba yang menyebabkan kan mu menjadi pecandu. Dan obat yang sangat ampuh. 

Aku mengutuk diriku yang sedari awal memulai ini semua, aku menyalahkan diriku atas apa yang terjadi. Aku tau ini akan terjadi. Namun mengapa terasa sangat susah untuk lepas. 

 Engkau yang kukenal sebagai malaikat perlahan berubah menjadi sesosok tak kuketahui. 

Sewaktu-waktu kau akan terasa sangat baik sampai membuatku terbuai olehnya. Tak. Jarang pula kau memperlakukanku seolah aku tak berarti apapun bagimu, seolah kepergianku sudah kau tunggu. 

Lalu setelah semua selesai, setelah semua tenang, kau kembali berkata bahwa kau tak pernah bermaksud menyakitiku. 


Hah! 


Bedebah! Bukankah seharusnya kau tak perlu mengatakn itu semua? Rasaku sudah habis untukmu. 


Aku kembali, kembali. Ke duniaku, dunia yang penuh akan fantasi. Aku memilih tinggal disana. Dalam halusinasi hidup yang tak nyata. Terimakasih atas semuanya, Raphael. 

Putih yang ternodai

  Sebuah kecemburuam tak terbatas Keresahan hati yang tak berguna Apa kabar? Pada suara indah yang menganggu Kegundahan hati menggelora Memi...